Resensi Buku: Jangan Khawatir, Allah Bersamamu
Judul Buku : Jangan Khawatir, Allah Bersamamu (Sebab Allah Pasti Menolongmu)
Penulis : Muhammad Farid Wajdi
Penerbit : Mizania
Cetakan : Januari, 2017
ISBN : 978-602-418-142-0
Allah itu tidak pernah jauh, Ia selalu bersamamu
Gemerlap dunia, menjadi daya tarik bagi manusia. Manusia yang lemah imannya akan tergiur olehnya. Orang tersebut akan memiliki banyak keinginan, merasa kurang dengan pemberian Allah, dan tidak pernah bersyukur. Obat dan cara mengatasinya adalah dengan taat kepada-Nya. Dengan cara itu, hati dan pikirannya menjadi tenang. (halaman 37)
Dunia yang hingar bingar terkadang membuat manusia seringkali terbelenggu dengan tipu dayanya. Seringkali manusia lupa bahwa dunia itu hanya sementara dan tidak abadi selamanya. Ketika seseorang diberikan kekayaan harta benda, tak jarang ia lupa bahwa sebagian harta yang dimilikinya terdapat bagian orang-orang yang tidak mampu dan anak yatim. Bahkan berapapun harta yang dimiliki terkadang masih saja merasa kurang. Dengan harta benda yang dimiliki seharusnya kita dapat memanfaatkannya untuk membantu sesama dan menggunakannya untuk hal-hal yang bermanfaat.
Memanfaatkan harta benda dengan baik menjadi salah satu bahasan dari buku karya Muhammad Farid Wajdi. Dalam buku ini banyak membahas tentang persoalan yang seringkali ditemui sehari-hari. Wejangan yang menggugah diejawantahkan dengan baik tanpa kesan menggurui. Terdiri dari 6 bagian yaitu Memupuk optimisme hidup, Allah-lah tempat bergantung, Pribadi yang unggul, hidup bermakna dengan ridha Allah, meraih kemuliaan, dan Indah pada waktunya. Setiap bagiannya mengandung ulasan yang menarik tentang perkara yang tidak jauh dari kehidupan sehari-hari.
Dari buku ini dapat menambah wawasan bahwa segala apa yang ada di dunia ini tentu tak lepas dari kehendak dari Allah swt. Sebagai hamba-Nya yang lemah kita hanya bisa berusaha dengan keras dan tak lupa untuk berdoa memohon petunjuk serta perlindungannya. Segala permasalahan hidup yang pelik haruslah dihadapi dengan sabar. Selain itu, memperbaiki diri juga perlu dilakukan untuk senantiasa menjadi hamba yang lebih baik dari sebelumnya.
Setiap ulasan yang menarik selalu disajikan oleh buku ini. Berdoalah, niscaya Allah kabulkan! adalah salah satu ulasan paling menarik bagi saya. Sebagai manusia yang lemah tentu kita membutuhkan Allah swt. Tuhan semesta alam. Apapun permasalahan yang sedang dihadapi maka sebaik-baiknya tempat mengadu adalah Allah swt. Dengan berdoa menjadi suatu sarana untuk berkomunikasi dengan Allah. Ulasan ini juga menyelipkan perintah untuk berdoa pada Allah swt.
Manusia adalah makhluk yang lemah tanpa bantuann Tuhan. Akan tetapi seringkali dunia yang telah digenggamnya dan semua cita-cita yang diraih telah tercapai membuat manusia sombong dan imannya pun mulai terkikis. Ketika terdapat salah satu tetangga atau saudara yang membutuhkan bantuan ia tidak bersedia membantu. Seharusnya sebagai makhluk sosial, saling membantu menjadi suatu keharusan.
Buku terbitan mizania ini seakan penulis ingin berdakwah akan tetapi melalui tulisan. Bahasa yang dipakai juga enak dibaca untuk semua kalangan baik kaum muda maupun orang dewasa. Penulis seakan ingin mengacak pembaca untuk selalu berbuat kebaikan dan berserah diri pada Allah swt. Dengan tulisan maka apa-apa yang ingin disampaikan oleh penulis bisa terus terekam dibenak pembaca. Karena pembaca dapat membaca kembali hingga berulang-ulang ulasan yang ingin dibaca.
Setiap sub bab yang dibahas juga selalu menyelipkan ayat-ayat Al-qur’an untuk menguatkan argumen penulis. Mungkin hal ini menjadi salah satu cara penulis untuk membuktikan bahwa ia tidak hanya sedang beretorika belaka. Akan tetapi Al-qur’an memang sudah menjelaskannya. Memang terkadang ketika ingin membicarakan suatu hal berkenaan dengan agama kita harus mempunyai hujjah untuk meyakinkan bahwa apa yang kita sampaikan benar dan bukan omong kosong.
Semoga Allah menjadikan kita rakyat yang taat kepada pemimpin dan santun menyampaikan kritik terhadapnya bila ada kesalahan. Kita tetap patuh kepada pemimpin atas dasar kepatuhan kita kepada Allah swt., agar Allah meridhai kita di dunia dan akhirat. (halaman 175)
Penulis : Muhammad Farid Wajdi
Penerbit : Mizania
Cetakan : Januari, 2017
ISBN : 978-602-418-142-0
Allah itu tidak pernah jauh, Ia selalu bersamamu
Gemerlap dunia, menjadi daya tarik bagi manusia. Manusia yang lemah imannya akan tergiur olehnya. Orang tersebut akan memiliki banyak keinginan, merasa kurang dengan pemberian Allah, dan tidak pernah bersyukur. Obat dan cara mengatasinya adalah dengan taat kepada-Nya. Dengan cara itu, hati dan pikirannya menjadi tenang. (halaman 37)
Dunia yang hingar bingar terkadang membuat manusia seringkali terbelenggu dengan tipu dayanya. Seringkali manusia lupa bahwa dunia itu hanya sementara dan tidak abadi selamanya. Ketika seseorang diberikan kekayaan harta benda, tak jarang ia lupa bahwa sebagian harta yang dimilikinya terdapat bagian orang-orang yang tidak mampu dan anak yatim. Bahkan berapapun harta yang dimiliki terkadang masih saja merasa kurang. Dengan harta benda yang dimiliki seharusnya kita dapat memanfaatkannya untuk membantu sesama dan menggunakannya untuk hal-hal yang bermanfaat.
Memanfaatkan harta benda dengan baik menjadi salah satu bahasan dari buku karya Muhammad Farid Wajdi. Dalam buku ini banyak membahas tentang persoalan yang seringkali ditemui sehari-hari. Wejangan yang menggugah diejawantahkan dengan baik tanpa kesan menggurui. Terdiri dari 6 bagian yaitu Memupuk optimisme hidup, Allah-lah tempat bergantung, Pribadi yang unggul, hidup bermakna dengan ridha Allah, meraih kemuliaan, dan Indah pada waktunya. Setiap bagiannya mengandung ulasan yang menarik tentang perkara yang tidak jauh dari kehidupan sehari-hari.
Dari buku ini dapat menambah wawasan bahwa segala apa yang ada di dunia ini tentu tak lepas dari kehendak dari Allah swt. Sebagai hamba-Nya yang lemah kita hanya bisa berusaha dengan keras dan tak lupa untuk berdoa memohon petunjuk serta perlindungannya. Segala permasalahan hidup yang pelik haruslah dihadapi dengan sabar. Selain itu, memperbaiki diri juga perlu dilakukan untuk senantiasa menjadi hamba yang lebih baik dari sebelumnya.
Setiap ulasan yang menarik selalu disajikan oleh buku ini. Berdoalah, niscaya Allah kabulkan! adalah salah satu ulasan paling menarik bagi saya. Sebagai manusia yang lemah tentu kita membutuhkan Allah swt. Tuhan semesta alam. Apapun permasalahan yang sedang dihadapi maka sebaik-baiknya tempat mengadu adalah Allah swt. Dengan berdoa menjadi suatu sarana untuk berkomunikasi dengan Allah. Ulasan ini juga menyelipkan perintah untuk berdoa pada Allah swt.
Manusia adalah makhluk yang lemah tanpa bantuann Tuhan. Akan tetapi seringkali dunia yang telah digenggamnya dan semua cita-cita yang diraih telah tercapai membuat manusia sombong dan imannya pun mulai terkikis. Ketika terdapat salah satu tetangga atau saudara yang membutuhkan bantuan ia tidak bersedia membantu. Seharusnya sebagai makhluk sosial, saling membantu menjadi suatu keharusan.
Buku terbitan mizania ini seakan penulis ingin berdakwah akan tetapi melalui tulisan. Bahasa yang dipakai juga enak dibaca untuk semua kalangan baik kaum muda maupun orang dewasa. Penulis seakan ingin mengacak pembaca untuk selalu berbuat kebaikan dan berserah diri pada Allah swt. Dengan tulisan maka apa-apa yang ingin disampaikan oleh penulis bisa terus terekam dibenak pembaca. Karena pembaca dapat membaca kembali hingga berulang-ulang ulasan yang ingin dibaca.
Setiap sub bab yang dibahas juga selalu menyelipkan ayat-ayat Al-qur’an untuk menguatkan argumen penulis. Mungkin hal ini menjadi salah satu cara penulis untuk membuktikan bahwa ia tidak hanya sedang beretorika belaka. Akan tetapi Al-qur’an memang sudah menjelaskannya. Memang terkadang ketika ingin membicarakan suatu hal berkenaan dengan agama kita harus mempunyai hujjah untuk meyakinkan bahwa apa yang kita sampaikan benar dan bukan omong kosong.
Semoga Allah menjadikan kita rakyat yang taat kepada pemimpin dan santun menyampaikan kritik terhadapnya bila ada kesalahan. Kita tetap patuh kepada pemimpin atas dasar kepatuhan kita kepada Allah swt., agar Allah meridhai kita di dunia dan akhirat. (halaman 175)
Komentar
Posting Komentar