Pengaruh Media terhadap pola pikir masyarakat
Kemajuan teknologi sangat berdampak signifikan bagi kehidupan masyarakat. Internet seakan telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat dan bukan lagi menjadi barang yang mewah. Berbagai lapisan masyarakat telah menggunakan internet. Jika daerah tersebut terdapat koneksi internet maka masyarakat bisa menikmati secara langsung dengan mudah mengakses apapun. menurut survei APJII sekitar 64,8% atau lebih dari separuh penduduk Indonesia telah terhubung dengan internet.
Menurut Kementrian Komunikasi dan Informasi mencatat bahwa internet digunakan oleh masyarakat Indonesia sekitar 132,7 juta orang. Berbagai kemudahan bisa didapatkan melalu internet. Dengan adanya internet, masyarakat bisa mengakses apapun lebih mudah dan cepat. selain itu, seluruh lapisan masyarakat baik di kota maupun desa bisa terhubung berkat adanya media sosial. Untuk berkomunikasi tidak perlu lagi harus bertatap muka. Cukup dengan gawai masyarakat bisa saling berkomunikasi tanpa batasan ruang.
Tidak hanya itu saja, kemudahan mengakses berita juga bisa didapatkan dengan memanfaatkan internet. Berbagai berita terkini bisa diakses dengan cepat di internet. masyarakat bisa mengakses berita melalui media online seperti kompas.com, tribunnews.com, dan lain sebagainya. Akan tetapi ada juga berita palsu yang beredar di media sosial. Hal inilah yang kerapkali terjadi di masyarakat. Misalnya berita yang di di Liputan6.com yang memberitakan tentang Hoaks Masjid di Papua dibakar. Dalam berita tersebut terdapat sebuah screenshoot sebuah masjid yang dibakar beserta dengan uraian yang berjudul ‘Masjid di Papua dibakar’. Hal ini diberitakan saat Papua sedang mengalami konflik.
Adanya berita tersebut membuat Divisi Humas Polri pada akun instagramnya menyatakan bahwa kabar tersebut adalah hoax alias bohong. Faktanya adalah bahwa masjid tersebut merupakan masji Agung Belopa yang berada di Kompleks Perkantoran Pemerintah Kabupaten Luwu, Sulsel pada tanggal 29 Januari 2019.
Menurut Dicky Sondani selaku Kabid Humas Polda Sulawesi Selatan mengatakan bahwa “Sejak dua pekan terakhir pasca kejadian di Papua, kian marak konten-konten hoaks. Tim siber kemudian berselancar dan menemukan soal masjid itu siang tadi di medsos. Sepertinya ada pihak-pihak yang memang sengaja melakukan provokasi, sebar gambar seperti itu supaya orang emosi,” terangnya pada sabtu 31 Agustus 2019.
Dunia digital membuat manusia terus digempur dengan berita-berita yang tidak dapat disaring dengan baik. Karena internet bisa diakses oleh siapapun dan bebas maka kontrolnya terdapat pada penggunanya sendiri. Oleh karena itu pentingnya berpikir kritis sebelum menerima konten yang tidak bisa dipertanggung jawabkan sangatlah penting. Internet juga bisa membuat manusia bebas mengutarakan pendapat dan berekspresi. Dikarenakan bebas, maka kontrol penggunaannya terdapat di penggunanya sendiri.
Setiap hal apapun tentu memiliki sisi negatif. Salah satu Dengan adanya internet seharusnya juga diimbangi dengan berpikir kritis agar tidak mudah terserang fenomena hoax. Karena penyebaran hoax yang masih masif disertai kurangnya pengetahuan masyarakat akan membuat kebenaran semakin buram. Masyarakat akan kebingungan tentang berita yang sedang muncul. Hingga sekarang fenomena masih menelan mentah-mentah apapun yang telah didapatkan masih dapat ditemui. Masyarakat belum sampai pada tahap saring sebelum sharing.
Menurut Kementrian Komunikasi dan Informasi mencatat bahwa internet digunakan oleh masyarakat Indonesia sekitar 132,7 juta orang. Berbagai kemudahan bisa didapatkan melalu internet. Dengan adanya internet, masyarakat bisa mengakses apapun lebih mudah dan cepat. selain itu, seluruh lapisan masyarakat baik di kota maupun desa bisa terhubung berkat adanya media sosial. Untuk berkomunikasi tidak perlu lagi harus bertatap muka. Cukup dengan gawai masyarakat bisa saling berkomunikasi tanpa batasan ruang.
Tidak hanya itu saja, kemudahan mengakses berita juga bisa didapatkan dengan memanfaatkan internet. Berbagai berita terkini bisa diakses dengan cepat di internet. masyarakat bisa mengakses berita melalui media online seperti kompas.com, tribunnews.com, dan lain sebagainya. Akan tetapi ada juga berita palsu yang beredar di media sosial. Hal inilah yang kerapkali terjadi di masyarakat. Misalnya berita yang di di Liputan6.com yang memberitakan tentang Hoaks Masjid di Papua dibakar. Dalam berita tersebut terdapat sebuah screenshoot sebuah masjid yang dibakar beserta dengan uraian yang berjudul ‘Masjid di Papua dibakar’. Hal ini diberitakan saat Papua sedang mengalami konflik.
Adanya berita tersebut membuat Divisi Humas Polri pada akun instagramnya menyatakan bahwa kabar tersebut adalah hoax alias bohong. Faktanya adalah bahwa masjid tersebut merupakan masji Agung Belopa yang berada di Kompleks Perkantoran Pemerintah Kabupaten Luwu, Sulsel pada tanggal 29 Januari 2019.
Menurut Dicky Sondani selaku Kabid Humas Polda Sulawesi Selatan mengatakan bahwa “Sejak dua pekan terakhir pasca kejadian di Papua, kian marak konten-konten hoaks. Tim siber kemudian berselancar dan menemukan soal masjid itu siang tadi di medsos. Sepertinya ada pihak-pihak yang memang sengaja melakukan provokasi, sebar gambar seperti itu supaya orang emosi,” terangnya pada sabtu 31 Agustus 2019.
Dunia digital membuat manusia terus digempur dengan berita-berita yang tidak dapat disaring dengan baik. Karena internet bisa diakses oleh siapapun dan bebas maka kontrolnya terdapat pada penggunanya sendiri. Oleh karena itu pentingnya berpikir kritis sebelum menerima konten yang tidak bisa dipertanggung jawabkan sangatlah penting. Internet juga bisa membuat manusia bebas mengutarakan pendapat dan berekspresi. Dikarenakan bebas, maka kontrol penggunaannya terdapat di penggunanya sendiri.
Setiap hal apapun tentu memiliki sisi negatif. Salah satu Dengan adanya internet seharusnya juga diimbangi dengan berpikir kritis agar tidak mudah terserang fenomena hoax. Karena penyebaran hoax yang masih masif disertai kurangnya pengetahuan masyarakat akan membuat kebenaran semakin buram. Masyarakat akan kebingungan tentang berita yang sedang muncul. Hingga sekarang fenomena masih menelan mentah-mentah apapun yang telah didapatkan masih dapat ditemui. Masyarakat belum sampai pada tahap saring sebelum sharing.
Komentar
Posting Komentar