Resensi Buku Fiersa Besari: Tapak Jejak

Judul Buku : Tapak Jejak
Penulis : Fiersa Besari
Penerbit : Mediakita
Tahun terbit : 2019
ISBN : 978-979-794-586-2

Source: Fiersa Besari Facebook
Source: Fiersa Besari FB


Mengenal Indonesia dari Tapak Jejak

Indonesia memiliki sejuta pesonanya yang memukau. Bentang alam Indonesia juga menyajikan pesonanya yang indah memiliki daya tarik sendiri yang untuk dijelajahi. Dari Sabang sampai Merauke terdapat kekayaan yang melimpah ruah baik kekayaan berupa alam, budaya, suku, ras, dan lain sebagainya. Tak sedikit orang-orang yang berkelana untuk turut serta dalam menikmati kekayaan Indonesia. Karena Indonesia adalah negeri yang indah maka kita patut untuk mencicipinya.

Kesempatan mengelilingi Indonesia juga dilakukan oleh Fiersa Besari. Seorang Penulis yang mengawali karirnya di dunia musik. Ia juga sering melakukan pendakian di beberapa gunung yang ada di Indonesia. Petualangannya mengelilingi Indonesia bermula dari kisah percintaannya yang pupus di tengah jalan. Ia patah hati dan ingin melampiaskan sakit hatinya dengan mengelilingi Indonesia. Bunuh diri dan menyakiti diri sendiri tidak menjadi pilihannya untuk meluapkan patah hati. Seperti pada umumnya, orang yang patah hati akan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan diri sendiri.

Fiersa Besari atau yang biasa disapa dengan ‘Bung’ berpetualang mengelilingi Indonesia dan menuangkan perjalanannya dalam buku yang diberinya judul ‘Tapak Jejak’. Buku ini menjadi lanjutan dari buku sebelumnya yang berjudul ‘Arah Langkah’. Bung mengunjungi daerah-daerah yang berada di wilayah Timur Indonesia. Jika pada buku sebelumnya ia ditemani dua temannya, pada perjalanannya kali ini dilakukannya seorang diri. Akan tetapi tak lupa banyak orang baik yang menolong dan membantunya selama di perjalanan petualangannya. 

Petualangan mengunjungi daerah Timur Indonesia diawali dari Maluku Utara tepatnya di Ternate. Ia ditemani oleh seorang perempuan bernama Swarandee dan pada perjalanannya kali ini ia bertemu dengan Mapala Justitia Omnibus (MJO) Universitas Khairin. Karena pada saat itu berdekatan dengan perayaan kemerdekaan, Bung turut serta dalam pengibaran Bendera Merah Putih yang dilakukan oleh MJO. 

Ia memilih divisi pendaki yang akan mengibarkan bendera di Gunung Gamalama. Gunung ini merupakan gunung yang tertinggi dan juga terbesar yang ada di Ternate. Pendakian dilakukan pada tanggal enam belas Agustus dan pengibaran tepat dilakukan pada tanggal tujuh belas Agustus. Medan yang terjal tidak menyurutkan semangat Bung dan rombongan dalam perjalanannya. Keesokan hari pada pukul sebelas Sang saka merah putih dikibarkan. Bendera dikibarkan di puncak tepatnya di tebing dekat kawah.

Tanganku gemetar kala melakukan gerakan hormat pada secarik kain besar yang dinamakan Sang Saka Merah Putih yang menyimpan sejarah pilu sejak masa kelahirannya. Dadaku bergemuruh sewaktu kami menyanyikan lagu kebangsaan. Indonesia Raya, merdeka merdeka. Tanahku negeriku yang kucinta. Indonesia Raya, merdeka merdeka. Hiduplah Indonesia Raya. (halaman 25-26)
Selain mengunjungi Maluku Bung juga bertandang ke banyak tempat lainnya. Salah satunya Raja Ampat Papua, salah satu surga yang terdapat di Indonesia. Tak lupa dalam setiap petualangannya ia selalu ditolong oleh orang-orang yang baik. Orang Indonesia memang terkenal ramah. Hal ini dapat dibuktikan dengan setiap perjalanan Bung, ia selalu ditolong dan disambut dengan baik oleh orang-orang di setiap daerah yang dikunjungi.

Padahal kala itu ia berkelana sendirian dan pada perjalanannya kali ini ia menemukan banyak saudara baru. Saudara bukan sedarah akan tetapi patut disebut sebagai saudara. Karena Mereka selalu membantu Bung dan memperlakukannya layaknya saudara. Bung tidak pernah merencanakan rute perjalanannya, akan tetapi setiap orang yang ditemuinya selalu menunjukkan tempat bagus dan indah yang patut dikunjungi. Sehingga Bung merasa tertarik dan ingin melanjutkan perjalanannya ke setiap tempat yang ada di Indonesia.

Salah satu orang baik yang membantu Bung yaitu Sakti. Ia menolongnya saat Bung ingin menginjakkan kakinya di Sorong, Papua. Sakti juga mengajak Bung untuk mengunjungi beberapa pulau di Raja Ampat yang terkenal dengan pesona keindahannya dan sering dilirik oleh wisatawan. Bung mendapatkan wawasan baru seputar daerah ini. Ini menjadi kali pertama ia menginjakkan kaki di Papua. 

Melalui buku ini kita seperti diajak Bung untuk turut serta berkelana dan menikmati setiap perjalanan di daerah yang dikunjunginya. Kita akan menemukan wawasan baru seputar budaya dan bahasa di tempat yang dikunjungi oleh Bung. Bentang alam Indonesia yang indah juga akan kita rasakan saat membaca setiap bagian yang disajikan oleh penulis. 
Di kejauhan di bawa tebing dapat kulihat perkampungan yang berbatasan langsung dengan Laut Pasifik. Ratusan rumah panggung berjajar di samping jalanan aspal yang meliuk. Tebing karang berdiri gagah di belakang perkampungan tersebut. (halaman 155-156)
Setiap perjalanan memang perlu diabadikan, karena hal tersebut menjadi salah satu perjalanan dari hidup. Bung sangat baik dalam menceritakan petualangannya ketika mengelilingi Indonesia. Berawal dari rasa sakit hati dan nekat ia mendapatkan wawasan dan saudara baru dari berbagai pelosok daerah di Indonesia. Akhirnya Bung pun dapat menjadi inspirasi banyak orang dan membuka wawasan kita akan negeri Indonesia yang ternyata sangat indah dan mengagumkan.

Terima kasih sudah mampir di blog.ku, kamu mau aku mereview buku apalagi?


Follow on my instagram @miftahul.jannahs

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel Fiersa Besari 11:11

Resensi Buku: #YukBelajarSaham untuk pemula