Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Melihat sisi baik dari musibah

Musibah merupakan hal yang tak disukai oleh setiap orang atau mungkin bahkan sangat dibenci oleh setiap orang. Musibah dapat menyebabkan setiap orang yang mengalaminya merasakan kesedihan, kegelisahan, dan ketakutan. Karena itulah tak seorang pun yang mau mengalami musibah. Jika sudah mengalaminya terkadang seseorang itu mengalami putus asa dan merasa dunia ini sudah tidak ada artinya. Pada hakikatnya setiap orang tidak ingin mempunyai musibah. Semua orang pasti mengusahakan agar hidupnya tentram dan bahagia. Pemikiran seperti itu tidaklah salah, karena itu sudah menjadi naluri manusia. Namun pada kenyataannya kehidupan ini sesungguhnya tak lepas dari kata ‘musibah’. Setiap orang memiliki kadar yang berbeda dalam hal musibah. Hal ini dikarenakan Allah swt. tahu kemampuan manusia dan Allah tidak pernah memberi cobaan pada manusia diluar kemampuannya. Secara implisit musibah mengajarkan banyak hal. Musibah adalah bagian dari pengalaman. Dari musibah kita belajar untuk sabar, bert

Resensi: Perjalanan Titik dan Koma

Gambar
PERJALANAN TITIK DAN KOMA (Kumpulan Cerpen LPM Kentingan UNS) . Penulis: Rizky Putri Dewi, Metta Rahma Melati, dkk. Penerbit: Aksara Kentingan bekerja sama dengan Sevenbooks Tahun terbit: 2014 "Sekarang Ares kembali berada di pesawat ruang angkasanya. Ia bersiap lagi untuk terbang, menembus ruang, waktu, dan galaksi yang berbeda. Satu hal penting adalah bahwa kehidupan tak selalu terjadi sesuai dengan apa yang kita inginkan. Rasa saling memiliki akan timbul karena mereka saling menjaga. Terima Kasih Popo." (Ares & Bocah Amungme, halaman 92) Setiap diri seseorang memiliki cerita yang unik dan berbeda dari orang lainnya. Buku ini menghadirkan 10 cerita dengan berbagai perjalanan yang dikemas dalam antologi cerpen dengan menyajikan cerita-cerita kehidupan dan bercerita tentang bumi nusantara yang dikemas secara apik dan menarik. Buku ini juga dilengkapi ilustrasi-ilustrasi berupa gambar yang menjelaskan maksud dari cerpen. Sastra yang kental dan mendalam membuat

Cerpen: Pengorbanan Jam Tangan

Gambar
Aku masih tersulut amarah karena jam tanganku kemarin yang masih berumur 3 hari pecah begitu saja karena ketidaksengajaanku menjatuhkannya ketika di kelas kemarin selepas aku wudhu untuk menunaikan sholat dhuha berjamaah di masjid sekolah. Jam tangan yang sangat aku gandrungi dengan warna ungu dengan desain yang menarik kini terlihat jelek dan kacanya retak seperti retaknya hatiku saat melihat jam tanganku terjatuh dari genggaman. Jam tangan berwarna ungu itu terbeli olehku saat aku dan ayah berjalan-jalan di sebuah mall tak jauh dari rumahku. Ayah memang sengaja mengajakku untuk pergi jalan-jalan untuk menyenangkan dikarenakan aku murung karena ulah adik kecilku yang telah mencorat-coret buku diaryku. Memang terlihat sepele, tapi tetap saja aku tak terima.   Melihat aku yang terus murung membuat ayah berinisiatif untuk mengajakku keluar, ia selalu berusaha untuk menyenangkan anaknya dan berusaha adil terhadap anak-anaknya serta mau berkorban untuk keluarga. Sesampai di rumah,

Resensi Buku: Pada Senja yang Membawamu Pergi

Judul Buku: Pada Senja yang Membawamu Pergi Penulis: Boy Candra Penerbit: Gagasmedia       “Mimpi itu hanya bunga tidur dan selesai saat kamu terbangun. Sedangkan impian adalah harapan yang baru saja dimulai saat kamu terbangun. Maka berhentilah bermimpi, dan perjuangkan impianmu” (halaman 237)        Seorang Gian Arianto seorang mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhirnya sebagai seorang mahasiswa yaitu mengerjakan skripsi dengan ditemani ketiga temannya yang selalu ada ketika ia sedih dan susah. Ketika ia sudah jatuh hati pada seorang Aira yang berbeda status social dengannya dengan tak diduga-duga ia diputuskan begitu saja oleh Aira karena ia lebih memilih keluarganya. Tapi, tak lama kemudian setelah kepergian Keila dari hidupnya ia bertemu kembali dengan seorang perempuan di sebuah kolam renang “Tirta Alami” yang membuat ia jatuh cinta lagi dan yakin bahwa ia benar-benar dicintai meskipun tak lama setelah mereka berjalan berdua Aira melanjutkan studinya di Negeri S